
Pembicaraan AS-Iran di Oman Mencari Titik Temu
Iran dan Amerika Serikat menjajaki kelanjutan pembicaraan mengenai program nuklir Iran pada Sabtu, 12 April. Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa Menteri Abbas Araghchi akan bertemu dengan utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, di Oman.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, sebelumnya telah menegaskan kesiapan untuk berdialog dengan AS namun tidak secara langsung. Presiden Iran, Massoud Pezeshkian, pada 9 April menyebutkan, “Kami siap berdialog, tetapi tidak secara langsung karena kami tidak mempercayai Amerika.”
Meski demikian, Pezeshkian juga menyatakan bahwa Ayatollah Khamenei tidak menolak investasi dari AS di Iran, selama tidak mengandung konspirasi atau intervensi politik. Menurut media Iran, Menteri Luar Negeri Oman, Sayyid Badr Albusaidi, juga dijadwalkan hadir dalam pembicaraan ini.
Perbedaan Pendekatan Dalam Pembicaraan Nuklir AS-Iran
Sebaliknya, Presiden AS Donald Trump menegaskan pembicaraan dengan Iran akan segera dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk membentuk kesepakatan yang membatasi aktivitas nuklir Iran yang kontroversial. Steve Witkoff, yang juga merupakan rekan lama Trump, akan berangkat ke Oman untuk bertemu perwakilan Iran.
Menurut Mostafa Najafi, pakar hubungan internasional di Teheran, Menteri Abbas Araghchi telah diberi mandat penuh untuk mendorong diplomasi. Namun, Najafi menilai perbedaan visi dan ekspektasi antara Iran dan AS menjadi hambatan utama dalam proses ini.
“Iran ingin pembicaraan hanya fokus pada program nuklir, sementara AS melalui surat Trump ke Teheran menuntut lebih, termasuk penghentian pengembangan rudal balistik dan campur tangan Iran di kawasan Timur Tengah,” jelas Najafi kepada DW.
Jalan Buntu Dalam Negosiasi Nuklir AS-Iran
Najafi menambahkan, jika AS tetap memaksakan tekanannya untuk hasil maksimal, pembicaraan bisa berujung pada kebuntuan. “Iran tidak akan setuju menghentikan sepenuhnya program nuklir maupun proyek rudal balistiknya,” ujarnya.
Trump disebut telah mengirim surat kepada para pemimpin Iran pada awal Maret dan menerima balasan pada akhir bulan yang sama, meski isi surat belum diketahui publik. Pada Senin lalu, Trump memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi “bahaya mematikan” bila perundingan gagal.
Dalam wawancara dengan stasiun TV NBC akhir bulan lalu, Trump bahkan melontarkan ancaman terbuka, “Jika kesepakatan tidak tercapai, akan terjadi pengeboman yang belum pernah terlihat sebelumnya.”
Harapan Perdamaian dari Pembicaraan Nuklir AS-Iran
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, membantah akan ada perundingan resmi pada Sabtu. “Hanya akan ada pertemuan, bukan negosiasi,” ujarnya pada 8 April. Namun, Steve Witkoff akan menyampaikan pesan kuat mengenai penghentian program nuklir Iran.
AS secara tegas menginginkan “penghentian total” aktivitas nuklir Iran, seperti disampaikan oleh Mike Waltz, penasihat keamanan nasional AS kepada CBS pada 23 Maret lalu.